1:48 AM toko kania 2 Comments

Sumber : INDO.POS / Jawa Pos News Network (JPNN)
Waktu : Kamis 7 Agustus 2008
Judul : Para Aktivis PRD yang Ganti Baju Politik

Anggap Perjuangan Tak Bisa dari Luar Pagar


"Di era Orde Baru, Aktivis PRD begitu popular.
Mereka yang berbasis sosialis itu dikenal sebagai
Kelompok anak muda yang melawan Soeharto. Kini
Para aktivisnya beterbaran di berbagia parpol."

Pemilu 1999 merupakan batu ujian bagi PRD. Mereka yang menjadi kontestan ternyata gagal meraih suara 2 persen sebagai persyaratan untuk tetap bertahan. Sejak saat itu, nama PRD yang begitu popular di mata mahasiswa penggemar sosialis tersebut perlahan tenggelam.
Menghadapi pemilu 2009, mereka sebenarnya berinkarnasi dengan nama Pappernas ( Partai Persatuan Pembebasan Nasional ). Tapi, mereka urung mendaftarkan diri ke KPU. Lantas, ke mana militan di era Orba itu?. Meski tak ikut pemilu, sejumlah kader PRD memilih jalan sendiri-sendiri untuk mencapai parlemen. Budiman Sudjatmiko, pendiri partai berhaluan sosialis itu, merapat ke PDIP. Yusuf Lakaseng sekarang duduk sebagai salah satu ketua DPP Partai bintang Reformasi. Selai itu, ada Faisol Reza yang lebih memilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai kendaraan politiknya. Baru-baru ini , Ketua Umum Pappernas Dita Indah Sari juga memilih bergabung dengan Yusuf Lakaseng di PBR.
Keran Politik yang terbuka lebar pasca kejatuhan rezim Soeharto melahirkan system politik multipartai. Kondisi iutlah yang menjadi salah satu alasan para aktivis gerakan tersebut mengubah arah politinya menjadi lebih praktis. “ Parlemen harus diisi orang-orang yang benardan bersih.” Ujar Yusuf Lakaseng saat dihubungi tadi alam (6/8).
Dia maju sebagai caleg PBR dari Dapil Sulawesi Tengah. Pria kelahiran Kabupaten Parigi Moutong tersebut menyatakan ada beberapa unsure yang akan menguntungkan dalam pencalonannya saat ini. Di antaranya, belum ada wakil rakyat dari kabupaten tempat kelahirannya. “ Saya sudah membina calon pemilih saya sejak dua tahun lalu”. Terkait dengan perbedaan idealisme mendasar antara PRD dan PBR yang notabene Partai Islam, Yusuf Lakasen membantahnya. Menurut dia, PBR adalah partai yang berasa Sosialis Religius. Selain itu, PBR telah memberikan kesempatan luas kepada anak muda di bawah kepemimpinan Bursah Zarnubi. “ Anak muda seperti saya menjadi ketua DPP, “ lanjutnya
Aktivis PRD lainnya yang bergabung dengan partai politik adalah Aan Rusdianto, 34. Korban penculikan 1998 itu memilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai kendaraan politiknya. Pria kelahiran Ciamis, Jawa Barat. Protolan Universitas Diponegoro itu mengatakan, alasan bergabung dengan PKB adalah figure Nursyahbani Katjasungkana yang dikenalnya sebagai aktivis pembela hak perempuan.
Sebagai “alumnus penculikan 1998”, kata Aan, iriya tak sendiri di PKB. Ada pula nama korban penculikan yang lain, yaitu Faisol Reza. Melalui e-mail kepada redaksi Indonesia pos( Grup Jawa Pos), pecan lalu dia mengaku masih menjadi pengurus PKB Parung. Sebelumnya, muncul pemberitaan bahwa Faisol Reza bergabung dengan Partai Gerindra. “ Tidak benar saya bergabung dengan Partai Gerindra,” tulisnya.
Tapi, menagapa Dita Indah Sari memilih bergabung dengan PBR yang berasas Islam? Dita tidak mempersoalkan hal itu. Sebab, banyak program PBR yang sejalan dengan idealismenya. Antara Lain kemandirian ekonomi yang tidak bergantung kepada pihak asing, opsi penghapusan utang luar negeri, dan pembangunan ekonomi di pedesaan sebgaia prioritas. Budiman Sudjatmiko yang sudah nonaktif dari PRD sejak 2001 mengatakan, semangat perubahan dalam bingkai demokrasi tetap membutuhkan parpol sebagai kendaraan politik. “Perjuangan idealime tidak bisa dilakukan hanya dari luar pagar.” Seperti Dita Indah Sari dan Yususf Lakaseng dengan PBR atau Faisol Reza yang bergabung ke Pkb, Budiman juga punya alasan pembenar atas sikapnya bergabung ke PDIP. “PDIP yang mengusung nasionalisme,pluralisme, dan kerakyatan, tampaknya, paling dekat dengan visi saya.” ujarnya

You Might Also Like

2 comments:

thankz to u comment